Kamis, 26 Agustus 2010

Yang Lain

Moss rose-Portulaca-Zinnia, dan rumpun flora hias lainnya termengap-mengap dicekik vases


Dalam kotak kaca, berair, gerombolan kecil ikan hias ditindas


Binatang-binatang di kebun binatang melihat manusia mirip jalang


O, empati

Gedung tua ini mendekapku bertahun-tahun

Tidakkah ia sebenarnya fasih bertutur dengan caranya sendiri?

Bahkan..

Jagat semesta.


Aku di sini menyulut angkara; melumat janji. Pembual.

Rabu, 25 Agustus 2010

Hasbi dan Kesendirian

Hasbi, seorang pemuda, bujang lapuk. Usianya telah menginjak kepala empat. Ia tinggal bersama saudaranya, Sunaiyah. Ia tinggal beberapa meter ke arah utara dari rumahku.

Hari-harinya dilalui sebagai pekerja upahan dan menjual celurit. Pada malam hari, sering kali ia kulihat berada diantara orang orang yang mengerumuni secangkir kopi; sekedar menuntaskan rutinitas hidup sekaligus menjajakan barang miliknya, celurit.

8 bulan yang silam, petaka mengoyak kampung halamannya. Ia terlibat konflik dengan saudara dan kemenakan perempuannya. Buntutnya, ia harus keluar dari rumahnya. Hasbi pergi tak membawa apa-apa, kecuali beberapa helai pakaian dan gubuk renta miliknya.

Kini, sudah 8 bulan berlalu, Hasbi tinggal di bukit lancaran, seorang diri, tanpa istri tanpa empati. Ia memancang gubuknya yang renta di sebelah timur gedung sekolah yang megah. Gubuknya beralaskan kayu lapuk, berdinding anyaman bambu. Tampak beberapa seng karatan menempel tak teratur dibagian luar.

Malam bertandang. Angin menyergap Hasbi, menerjang masuk pori-pori gubuknya, menusuk-nusuk tubuhnya yang kurus dan kering. Malam, dingin, dan kesendirian, mencekiknya tak usai-usai.

Pernah suatu ketika kutanya, kenapa tak memelihara ternak saja. Jangankan ternak, beberapa helai pakaian lusuh dan jam tangan bermerek Rado, harta karun paling berharga miliknya, juga uang kertas penyambung hidup yang ia simpan rapi, diobrak setan berkaki dua; pencuri!

Sore itu, 11 Agustus 2010, 17.05 wib, sambil tersenyum ramah, ia merangkai cerita pahit getir hidupnya seorang diri di bukit lancaran, di sebelah gedung sekolah yang megah. Ia bercerita dengan penuh tegar.

Tak kulihat wajah dan mimiknya mengemis iba. Matanya berbinar-binar. Senyumnya mengalun mengiringi tiap cerita lukanya yang gelap. Cerita yang berdarah.

Semakin ia tersenyum. Semakin luka kurasa. O, Hasbi..

Senin, 23 Agustus 2010

'Tuhan yang maha indah, mencipta dunia beserta laknatnya.'
'Di beranda rumah Tuhan, kita hanya serpihan atom..'

Jumat, 13 Agustus 2010

"Saudara-saudara, jika tulang rangkamu remuk tiba-tiba, segera lihat istrimu!'

Rabu, 11 Agustus 2010

'Dalam kantung-kantung budaya, manusia dipilih, dipilah, dikonstruksi gelar dan status sosialnya. Di sisi Tuhan, eksistensi manusia didasarkan atas mutu penghambaan semata.'



'Dikejauhan sana terdengar mesin pemotong kayu meraung-raung. Satu pohon ambruk, satu lagi terkulai. Satu pohon terbelah, satu kehidupan dituntaskan. Di bola mata mereka, kekeringan dan banjir mulai membayang.'


'Kepada akal yang terus berlari, degup jantung tak henti-henti, arus darah, ruas-ruas tengkorak, sensor mata, telinga, hidung, lidah, lambung, jaringan saraf, paru-paru, tarian jari-jemari, dan semesta organ tubuhku, terakhir, untuk perisaiku abadi, iman, terima kasih mendalam!'



'Peradaban suatu bangsa diukur dari mutu relasi etis antarsesama, alam, hewan, transendental.'

Pesolek Buruk Rupa


Para pesolek buruk rupa

Parasnya merengut dibalut rias kosmetika

Senyumnya dibuat mengembang

Jalannya diatur melenggang

Hatinya was-was

Khawatir tak menarik

Saat dieksploitasi publik


Para pesolek buruk rupa

Dibidik industri dan iklan pembual

Korban kapitalisme idiot


Di angkasa raya

Globalisasi mengangkara


Para pesolek buruk rupa

Gemuruh kota merenggut eksistensi

Hentakan mode dan gaya hidup

Menampar jantungnya kian berdegup


Para pesolek buruk rupa

Konsumerisme menerjang pintu-pintu rumah

Yang dibangunnya dengan susah payah

Dari uang pas-pasan hasil kerja kasar


Di dalam, televisi mencekik otaknnya




'Dalam Al-Quran, Allah selalu mengaitkan antara ketaqwaan dan surga, kekufuran dan siksa neraka. Duh.. Gusti, apakah harus dengan satire seperti ini agar kami menghamba? '

Senin, 09 Agustus 2010

'Sosiologi hanya mengajarkanku tentang realitas dan stratifikasi kelas. Ia tak pernah mengajarkanku tentang bagaimana cara menghapus kelas.'
'Tuhan. Budaya. Seni.'